Informasi 300 mahasiswa Indonesia yang dipaksa berprofesi di Taiwan menjadi sorotan. Pemerintah Taiwan telah menentang berita ini. Yayasan Pengembangan dan Pemberdayaan Pengajar, Daya Kependidikan Internasional sebagai salah satu penyalur mahahasiswa dengan program kuliah-magang menepis ada kerja paksa.
Dalam dua tahun terakhir telah menyalurkan 90 an mahasiswa secara khusus asal Jabar untuk meniru program kuliah-magang di Taiwan. Sejauh ini belum ada laporan mengenai adanya kelebihan jam kerja dari mahasiswa.
Kendati demikian itu, Komarudin mengaku memang ada penambahan jam kerja seiring meningkatnya semester kuliah. Pihaknya mengklaim telah memperkenalkan kondisi hal yang demikian terhadap mahasiswa yang disalurkan ke Taiwan.
Ia menuturkan semester permulaan para mahasiswa memang dibebankan optimal 20 jam per pekan. Melainkan, saat semester 2, ada penambahan jam kerja menjadi 3 hari dan kuliah selama dua hari.
Sesudah setahun berada di Taiwan, kemudian akan ada penyesuaian jam kerja kembali menjadi 5 hari berprofesi dan satu hari kuliah. Melainkan, pihaknya tak mengenal pasti mengenai jam kerja perharinya.
“Sekiranya ada yang mengatakan 10 jam per hari, aku rasa enggak. Kemungkinan di luar sepengetahuan universitas. Namun soal perubahan jam kerja itu telah kami sampaikan semenjak permulaan,” ungkap ia.
Ia mengatakan mempertimbangkan lebih lanjut mengenai adanya berita kerja paksa mahasiswa di Taiwan. Pihaknya akan seketika berkunjung ke Taiwan untuk mengecek situasi mahasiswa secara khusus asal Jabar.
“Umumnya komunikasi via (telepon). Namun dalam waktu dekat aku berkeinginan ke sana sekaligus ngecek,” kata Komarudin.
Terpisah, Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Jabar mengakui mensosialisasikan program kuliah berbasis magang di Taiwan ke sekolah-sekolah di Jabar. Dalam setahun, BMPS mendapatkan dua kloter pendafataran.
BMPS Jabar telah bekerjasama dengan selama dua tahun terakhir. BMPS Jabar cuma dipinta mensosialisasikan program hal yang demikian ke sekolah.
“Dua kloter registrasi. Tahun ini kami terima di bulan Mei dan September. Jumlahnya seratusan lebih,” kata Joni dikala dijumpai di kantor BMPS Jabar, Jalan Hasan Saputra.